Senin, 02 Maret 2009

Saling Silang Dunia Mahasiswa Plus Dunia Santri

SALING SILANG
DUNIA MAHASISWA PLUS DUNIA SANTRI
Oleh : Zainul Musthofa Rs


Pergolakan dunia akademis mengalami dilematika yang cukup tajam,
Sebagai santri mereka dituntut berfikir sistimatis, dogmatis dan
idealis. Sedangkan sebagai mahasiswa mereka justru dituntut
berfikir sistimatis, methodologis dan idealis.


Berbicara mengenai dunia mahasiswa plus dunia santri merupakan suatu pembicaraan yang cukup klasik, tetapi menarik dan simpatik, apalagi persoalan ini dikaitkan dengan persoalan actual yang menyangkut isu-isu kenegaraan. social, politik dan budaya. Kedua dunia ini banyak memegang peranan penting dalam kehidupan kemasyarakatan maupun bernegara. Ini terbukti dengan banyaknya para birokrat yang backround pendidikannya adalah Pesantren atau University. Disatu sisi muncul tokoh dari kalangan pesantren semisal Abdurrahman Wahid, Sahal Mahfudz disisi lain dari kalangan Universitas muncul Amin Rais, Akbar Tanjung. Ada yang muncul dari kalangan keduanya seperti Nurchalis Majid dan beberapa tokoh lainnya.

Dalam sistem pengajaran, Pesantren dan Perguruan Tinggi juga mengakami perbedaan. Pesantren (klasik) lebih cenderung dogmatis dalam setiap penyampaian materi, sehingga terkesan stagnan (mandek), tidak berani mengkritisi apa yang disampaikan oleh seorang Kyai karena takut Kuwalat. Pergutuan Tinggi lebih menekankan proses dialogis, methodologis. diberi keleluasaan untuk berpikir bebas, tidak terikat dengan madzhab-madzhab tertentu sehingga daya analisis dan kritis lebih tampak.

Karenanya kedua system ini harus saling melengkapi (take and give). Kelemahan berfikir dogmatis secara Pesantren harus diimbangi dengan daya kritis yang dikemabangkan di Perguruan Tinggi. Kebebasan berfikir model perguruan tinggi yang kadang tidak bermoral harus diimbangi dengan etika yang dikembangkan di Pesantren. Dengan demikian maka produk dari mahasiswa plus santri itu akan lebih dapat menjamin masa depan.

Awal mula munculnya dua institusi ini dilatar belakangi oleh sejarah yang sangat panjang terkait dengan munculnya sistem mendidikan Islam di Nusantara sebelum sistem ini di marginalisasi oleh Hindia Belanda dan diganti dengan system pendidikan yang notabene produk imperialis. Andai Indonesia tidak pernah mengalami penjajahan, Perguruan Tinggi yang berkembang di Indonesia ini tidak seperti Unibraw, Unair, UI, UGM. Tetapi mungkin Sunan Drajat University, Tebuireng University, Denanyar University. Ini bisa dilihat dalam tradisi perguruan tinggi yang berkembang dibarat seperti Harvard, Cornell, McGill University, yang kebanyakan lahir dari kalangan ilmuan yang menggelinding semisal Pesantren.

Dalam sejarah tercarat beberapa perguruan tinggi Islam yang sangat terkenal seperti Universitas Granada, Cordova, Sevilla, Malaga dan Salamanca. Perguruan Tinggi dijadikan pilihan bagi pelajar-pelajar eropa yang ingin memperdalam berbagai disiplin keilmuan. Mereka juga banyak melakukan penerjemahan-penerjemahan terhadap karya-karya ilmuan muslim untuk dipelajari dan dipraktekkan di negara mereka.

Buku al-Jabar yang dikarang oleh al-Khawarijmi pada tahum 825 M, dijadikan buku standar di eropa beberapa abad lamanya. Ia juga menulis buku tentang perhitungan biasa (Arirhmatics), yang menjadi pembuka jalan penggunaan desimal dieropa untuk menggantikan tulisan Romawi. Dalam lapangan kedokteran muncul tokoh-tokoh seperti al-Razi (Rhazas) mengarang suatu ensiklopedia ilmu kedokteran dengan judul “Continens”, Ibnu Sina menulis buku “Qonun”. Ibnu Rusdy menulis buku “Kulliyah fi al-Tibb” yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk bahasa Inggris menjadi “The General Rule of Medice”. Buku-buku ini menjadi pegangan dalam ilmu kedokteran di Eropa.

Oleh karenanya ketekaitan antara keduanya tidak dapat terelakkan dan jangan sampai terjadi dekotomi antara keduanya (pendidikan Islam dan Umum). Isu-isu yang muncul semisal Demokratisasi, Gender, Hak Asasi Manusia (HAM), Sistem perekonomian, semuanya juga menjadi kajian keislaman, tinggal bagaimana kita mampu menginterpretasikan dan mengaktualisasikan konsep-konsep keislaman (Al Qur an maupun Hadist) dalam realitas kehidupan kontemporer, sehingga ajaran-ajaran Islam tetap Rahmatan Lil Alamin.

Demikian semoga bermanfaat



________________________

* Penulis adalah Alumni IKAHA Tebuireng Jombang yang alumni dari Program S 2 (Pasca Sarjana) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar